Prediksi Kondisi Indonesia 100 Tahun Mendatang
Lonjakan jumlah penduduk dunia akan memicu semakin tingginya
kebutuhan pasokan pangan, air, dan energi. Sedangkang energi yang
berasal dari sumber daya alam diprediksi akan habis pada sekitar tahun
2043. Kondisi itu pada akhirnya akan memunculkan perang untuk
memperebutkan kekuasaan di negara-negara yang berada di garis ekuator.
Negara
di garis ekuator terkenal sebagai daerah yang subur, kaya air dan juga
energi hayati. Hal ini adalah fakta yang terbukti sejak dahulu sampai
sekarang banyak negara-negara yang iri ingin mengincar dan menjajah
negara Indonesia. Panglima TNI Gatot Nurmantyo memprediksikan bahwa
Indonesia akan menjadi salah satu lokasi perang di masa mendatang.
Sebelum
Gatot, presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno sebenarnya dulu telah
mengingatkan bahwa kekayaan alam Indonesia suatu saat nanti akan membuat
iri negara-negara di dunia. Sedangkan Presiden Joko Widodo saat
dilantik sebagai Presiden RI juga telah mengingatkan yang mana kekayaan
sumber daya alam justru akan menjadi petaka untuk Indonesia.
Perjalanan bangsa Indonesia sampai kepada puncak kehancuranya diprediksikan akan terbagi dalam periode-periode seperti yang terangkum di bawah ini :
1. Periode Indonesia Cepot
Indonesia hari ini sedang dalam masa transisi yang mana banyak ideologi saling tarik menarik mencari massa agar jadi mayoritas di Indonesia. Pertarungan itu sudah nampak jelas terjadi di negeri ini, yakni ideologi demokrasi Pancasila versus Khilafah Islamiyah, ideologi foundamental versus rasional, Islam Radikal melawan Islam Liberal, blok barat vs blok timur, pro China vs pro Amerika, golongan tekstualis dan kontekstualis, dan lain sebagainya.
Pada
masa ini, sebagian besar masyarakat Indonesia sudah tidak memiliki lagi
identitas kebangsaan. Semuanya terlalu heterogen dan plural, sedangkan
nama “Indonesia” tidak mampu lagi mengikat dan mempersatukanya. Saat
itulah akan ada banyak peristiwa besar yang dimulai dari perang pendapat
di segala bidang hingga perkiraan sampai tahun 2020.
Baca juga ---> Indonesia Ternyata Suku Tertua di Dunia
Baca juga ---> Indonesia Ternyata Suku Tertua di Dunia
2. Periode Indonesia Repot
Adanya perbedaan memang sudah hukum alam, tidak ada yang bisa menolak itu. Tapi bagaimanapun juga perbedaan selalu beresiko terhadap pertikaian.
Pada
periode ini setiap ideologi sudah punya basis massa pengikut
masing-masing. Kita tahu bahwa semakin banyak orang yang seide sama
kita, maka kita akan bertindak lebih berani. Jika setiap kelompok
mempunyai kepentingan tersendiri, benturan kepentingan antar kelompok
tidak mungkin terhindarkan. Dan jika antar kelompok-kelompok itu
sama-sama telah punya massa dan keberanian yang besar maka perang
saudara besar akan pecah. Setiap perjuangan bukan atas nama Indonesia
lagi, akan tetapi kepentingan kelompok. Periode ini dinamakan masa Repot
bagi Indonesia yang juga ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh baru
yang memiliki pikiran Neo-liberalisme dan juga Neo-Islamisme. Periode repot akan sampai puncaknya sekitar tahun 2050.
Periode akhir ini merupakan bagian dari tanda-tanda menjelang hari kiamat. Periode ini adalah masa keemasan dan kejayaan dunia yang hanya akan ada 1 wilayah dunia, 1 pemimpin, 1 pemerintahan, dan 1 undang-undang saja. Ini adalah fase kritis Indonesia sebagai sebuah negara yang akan dimulai sejak berakhirnya periode repot dan akan berakhir sekitar 2085. Saat itu, segala problematika Indonesia dan semua negara akan melebur dengan permasalahan dunia sehingga batas teritorial dan otonomi tidak ada lagi karena melebur jadi satu pemerintahan dunia.
3. Periode Dunia Kolot
Periode akhir ini merupakan bagian dari tanda-tanda menjelang hari kiamat. Periode ini adalah masa keemasan dan kejayaan dunia yang hanya akan ada 1 wilayah dunia, 1 pemimpin, 1 pemerintahan, dan 1 undang-undang saja. Ini adalah fase kritis Indonesia sebagai sebuah negara yang akan dimulai sejak berakhirnya periode repot dan akan berakhir sekitar 2085. Saat itu, segala problematika Indonesia dan semua negara akan melebur dengan permasalahan dunia sehingga batas teritorial dan otonomi tidak ada lagi karena melebur jadi satu pemerintahan dunia.
Kehancuran Indonesia Menurut Pakar Metafisika
Tiga periode menuju Indonesia hancur yang telah disebutkan di atas terbilang jauh lebih lama dibandingkan menurut versi seorang
doktor lulusan University of Metaphysics International Los Angeles,
California, Amerika Serikat. Emmanuel Alexander pernah
menjelaskan berdasarkan ilmu yang dikuasainya bahwa Indonesia sampai
tahun 2023 berada dalam polaritas-polaritas negatif yang puncaknya
terjadi pada tahun 2020.
Pria yang terkenal dengan panggilan Arkand itu menyampaikan tidak ada satu negara atau perusahaan manapun yang mampu melewati tahapan negatif yang memuncak seperti itu. Menurut pakar metafisika ini gejala kehancuran Indonesia telah dapat dirasakan pada tahun ini dan tahun-tahun yang akan datang dalam waktu yang dekat.
Baginya
mempertahankan nama Indonesia merupakan tindakan yang nekat. Oleh
karena itu, sebagai tanda optimisme ia menyarankan seharusnya nama
Indonesia diubah menjadi Nusantara. Meskipun menurutnya tidak ada pakar
metafisika yang menyebut kehancuran Indonesia itu terkhusus pada nama
Indonesia saja, akan tetapi mengganti nama Indonesia menjadi Nusantara
adalah sebuah langkah optimis.
Arkand
bersikukuh menyarankan nama Nusantara untuk Indonesia bukan tanpa
adanya alasan apapun. Ia telah membuat sebuah perangkat lunak atau
software untuk menganalisa hitungan-hitungan struktur nama yang baik.
Dia pun menjelaskan nama Nusantara adalah nama terbaik karena dalam
struktur nama Nusantara tidak mempunyai angka merah sehingga dapat
menjadikan kehidupan yang semakin baik bagi orang-orang yang hidup di
dalamnya.
Kehancuran Indonesia dalam Ramalan Jayabaya
Seorang
raja dari kerajaan Kediri yakni Prabu Jayabaya memiliki bermacam-macam
ramalan tentang Indonesia di masa depan. Oleh banyak orang terutama yang
tinggal di Jawa, ramalan-ramalan Prabu Jayabaya diyakini akurat dan
benar-benar akan terjadi. Mulai ramalan tentang keruntuhan
kerajaan-kerajaan Jawa sampai anomali naik-turunnya para pemimpin dalam
pemerintahan dalam jangka waktu tiap 100 tahun. Setiap rentang waktu 100
tahun, sebuah negara atau kerajaan akan mengalami masa pembangunan,
kemudian kejayaan (termasuk munculnya ratu adil), hingga akhirnya
kehancuran. Hal itu akan berulang-ulang dalam masa 100 tahun.
Prabu
Jayabaya juga meramalkan akan tenggelamnya dan kehancuran pulau Jawa
setelah 100 tahun perang Sabil. Saat ini tanda-tanda itu semakin jelas,
terbukti telah terjadinya banyak bencana alam di Pulau Jawa, diantaranya
gempa dan tsunami di Yogyakarta, gunung-gunung api meletus, dan bahkan
di kota yang asalnya berbukit dan tidak punya garis pantai pun saat ini
seringkali dilanda banjir, contoh Bandung, Solo dan lainya.
Kehancuran Indonesia dalam Ramalan Juan Paul Valdez
Ramalan
Juan Paul Valdez yang mengatakan bahwa negara padat penduduk yang
terletak di garis tengah (khatulistiwa) akan mengalami revolusi besar
setelah 20 tahun terjadi perang yang besar. Meski tidak secara khusus
menyebut negara Indonesia, tapi kata padat penduduk dan di bawah garis
khatulistiwa merupakan tanda yang mengarah pada negara Indonesia.
Lihat juga ---> 117 Fakta Menarik Tentang Ahok
Lihat juga ---> 117 Fakta Menarik Tentang Ahok
Juan
Paul Valdez juga meramalkan tentang masa depan Indonesia yang akan
bersatu dengan Malaysia setelah dijajah oleh negara adidaya. Penjajahan
tersebut menyebabkan terbunuhnya 21 juta penduduk yang sebagian besar
merupakan orang Indonesia. Di samping itu, tersebar pula wabah penyakit
mengerikan yang disebar oleh burung (unggas). Setelah itu terjadilah revolusi keempat yang bertujuan mengusir penjajah dari
Indonesia. Pemimpin-pemimpin baru akan bermunculan yang kemudian menjadi
orang terdepan dalam mengeluarkan penjajah dengan jalan damai.
0 Response to "Prediksi Kondisi Indonesia 100 Tahun Mendatang"
Posting Komentar