Hobi dan Keinginan Aneh Gus Mus
Hobi KH Mustofa Bisri
Bagaimanapun orang menilai Gus Mus, beliau tetaplah manusia. Sebagai manusia, memiliki Hobi dan Keinginan merupakan hal yang wajar, meskipun terdengar Aneh. Hobi tidak akan mengurangi derajat manusia selama sesuai aturan. Begitu pula kyai asal Rembang ini, selayaknya orang Indonesia pada umumnya, beliau sewaktu muda dan kuliah juga hobi bermain sepak bola dan bulutangkis. Tapi setelah tak lagi punya waktu meneruskan hobi lamanya, ulama ini lalu menekuni hobi membaca buku sastra dan budaya, menulis dan memasak, termasuk masak makanan Arab dengan bumbu tambahan.
Di luar kegiatan rutin sebagai ulama, Gus Mus juga aktif sebagai seorang budayawan, pelukis dan penulis. Beliau telah menulis banyak buku fiksi dan nonfiksi. Bahkan justru melalui karya-karyanya inilah, Gus Mus menunjukkan sikap kritisnya terhadap kehidupan masyarakat kita. Semisal waktu tahun 2003 pedangdut Inul Daratista mendapat kecaman masyarakat karena goyang ngebornya, Gus Mus malah memamerkan lukisannya yang berjudul "Berdzikir Bersama Inul". Demikianlah cara Gus Mus melampiaskan Hobi sekaligus melakukan kritik dan perbaikan terhadap budaya yang berkembang saat itu.
Bakat lukis Gus Mus terasah sejak masa remaja sewaktu nyantri di Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Di sela ngajinya, ia sering keluyuran bertandang ke rumah-rumah pelukis terutama sang maestro seni lukis Indonesia, Affandi. Di sanalah ia seringkali menyaksikan langsung bagaimana Affandi melukis. Dorongan menggambar pun muncul dalam batinya sehingga meskipun masih kumat-kumatan dan tidak serius, terkadang Gus Mus langsung mengambil spidol, pena, atau cat air untuk corat-coret.
Kakek perokok berat yang sehari-hari menghabiskan dua setengah bungkus rokok ini pada akhir tahun 1998, pernah menggelar pameran memamerkan 99 lukisan amplop, ditambah 10 lukisan bebas dan 15 kaligrafi, di Gedung Pameran Seni Rupa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Kurator seni rupa, Jim Supangkat mengapresiasi lukisan Gus Mus, “Kekuatan ekspresi Mustofa Bisri terdapat pada garis grafis. Kesannya ritmik menuju zikir membuat lukisannya beda dengan kaligrafi. Sebagian besar kaligrafi yang ada terkesan tulisan yang diindah-indahkan”.
BACA JUGA ---> Para Ulama Untuk Rujukan Indonesia Masa Kini
Sementara dengan puisi, Gus Mus mulai mengakrabinya ketika kuliah di Mesir. Saat itu Perhimpunan Pelajar Indonesia di Mesir berupaya menerbitkan suatu majalah yang dipimpin oleh Gus Dur. Lewat itulah setiap kali ada halaman kosong, Gus Mus diminta Gus Dur untuk mengisinya dengan puisi-puisi karyanya. Begitulah cerita pengasuh salah satu Pondok Pesantren Paling Unik ini hingga jadi terkenal seperti sekarang.
Pada tahun 1987 yang mana ketika itu Gus Dur menjabat Ketua Dewan Kesenian Jakarta, beliau membuat sebuah acara yaitu Malam Palestina di Taman Ismail Marzuki. Dalam acara tersebut, Gus Mus yang fasih berbahasa Arab dan Inggris kembali mendapat tugas dari Gus Dur untuk membacakan puisi karya penyair Timur Tengah dalam bahasa aslinya. Sejak itulah Gus Mus mulai bergaul dengan para penyair dan puisinya diperhitungkan di kancah nasional. Undangan pun mengalir dari berbagai kota bahkan Malaysia, Irak, Mesir, dan beberapa negara Arab lainnya untuk berdiskusi masalah kesenian dan membaca puisi.
Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri menilai kepenyairan Gus Mus dengan mengatakan “Gaya pengucapan puisi Mustofa tidak berbunga-bunga, sajak-sajaknya tidak berupaya bercantik-cantik dalam gaya pengucapan. Tapi lewat kewajaran dan kesederhanaan berucap atau berbahasa, yang tumbuh dari ketidakinginan untuk mengada-ada. Bahasanya langsung, gamblang, tapi tidak menjadikan puisinya tawar atau klise. Sebagai penyair, ia bukan penjaga taman kata-kata. Ia penjaga dan pendamba kearifan”.
Salah satu momen menggelikan ialah ketika Gus Mus diundang tampil sebagai penceramah di salah satu seminar. Yang menarik, sang kyai oleh hadirin yang datang diminta untuk membacakan puisi. Gus Mus pun bersedia dan siap beraksi. Tamu yang hadir mulai diam hingga suasana pun jadi hening. Gus Mus mulai berdiri dan “Tuhan, kami sangat sibuk. Sudah”.
Sebagai cendekiawan muslim, Gus Mus termasuk produktif menulis beberapa buku keagamaan, humor ataupun esai. Keahlian menulisnya terasah sejak menulis kolom di media massa sewaktu muda. Menurut cerita, awalnya, Gus mus merasa hatinya panas jika tulisan kakaknya, Cholil Bisri, dimuat media koran lokal dan guntingan korannya ditempel di tembok. Akhirnya, ia pun tergerak untuk ikut menulis seperti kakanya. Dan jika tulisanya dimuat, guntingan korannya gantian ditempel menutupi guntingan tulisan sang kakak. Demikian penuturan kyai yang juga rajin buat catatan harian ini.
Buku-buku karya tulisan KH. Achmad Mustofa Bisri :
- Dasar-dasar Islam (Terjemah, Abdillah Putra Kendal, 1401 H)
- Ensklopedi Ijma’ (Terjemah, bersama KH. M.A. Sahal Mahfudh, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1987)
- Nyamuk-Nyamuk Perkasa dan Awas, Manusia (Gubahan Cerita Anak-anak, Gaya Favorit Press Jakarta, 1979)
- Kimiya-us Sa’aadah (Terjemahan - bahasa Jawa, Assegaf Surabaya)
- Syair Asmaul Husna (Bahasa Jawa, Penerbit Al-Huda Temanggung)
- Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1991, 1994)
- Tadarus, Antalogi Puisi (Prima Pustaka Yogya, 1993)
- Mutiara-Mutiara Benjol (Lembaga Studi Filsafat Islam Yogya, 1994)
BACA JUGA ---> Biografi Lengkap KH Maimoen Zubair
- Rubaiyat Angin dan Rumput (Majalah Humor dan PT. Matra Media, Cetakan II, Jakarta, 1995)Pahlawan dan Tikus (kumpulan puisi, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1996)
- Maha Kiai Hasyim Asy’ari (Terjemah, Kurnia Kalam Semesta Yogya, 1996)
- Metode Tasawuf Al-Ghazali (Terjemahan dan komentar, Pelita Dunia Surabaya, 1996)
- Saleh Ritual Saleh Sosial (Mizan, Bandung, Cetakan II, September 1995)
- Pesan Islam Sehari-hari (Risalah Gusti, Surabaya, 1997)
- Al-Muna (Syair Asmaul Husna, Bahasa Jawa, Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, 1997)
- Fikih Keseharian (Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, bersama Penerbit Al-Miftah, Surabaya, Juli 1997)
Keinginan Aneh Gus Mus
Siapa sangka ternyata sang kyai berbadan kurus dan berkaca mata minus ini dahulu saat muda memiliki keinginan aneh yang sangat-sangatlah aneh. Beliau menceritakan dulu ia pernah ingin sekali dapat bersalaman dengan Menteri Agama dan menyampaikan salam dari orang-orang di kampungnya. Untuk memenuhi keinginanya itu, Gus Mus muda pun berkali-kali datang ke kantor sang menteri. Pertama kali datang, ditolak, kali kedua, juga ditolak. Baru setelah satu bulan, ia pun diizinkan bertemu menteri impianya tersebut meski hanya tiga menit saja.
Demikian sedikit kisah singkat cerita lucu masa lalu kiai kharismatik asal Rembang ini. Pembaca juga bisa meneruskan membaca kisah beliau yang lainya tentang Gus Mus Menolak Dicalonkan Ketua Umum PB NU dan Biografi Lengkap Gus Mus. Pada judul tersebut pembaca juga akan disajikan kisah persahabatan Gus Dur - Gus dan karir politik beliau di pemerintahan. Selain itu profil lengkap beliau juga lengkap bisa pembaca ketahui pada link judul tersebut.
Terimakasih informasinya kawan
BalasHapusPusat penjualan essence aquatic - http://aromaessen.com