6 Ulama Indonesia Yang Dijadikan Rujukan Saat Ini

Kyai Haji Maimun Zubair

Mbah Mun (sebutan dari para santri dan masyarakat) ialah sesepuh para kyai di Nusantara saat ini. Beliau merupakan pemimpin Pondok Pesantren Al Anwar yang terletak di desa Karangmangu, kecamatan Sarang, kota Rembang, Jawa Tengah. Mbah Moen mendirikan pondoknya selepas menimba ilmu dari berbagai daerah di pulau Jawa sampai negeri Arab.

Kyai yang menjadi menantu Mbah Baidlowi ini bisa dibilang sebagai sosok penyambung ilmu dari para ulama-ulama hebat masa lalu. Pada usia muda, Mbah Mun tercatat pernah berguru kepada hampir seluruh kyai keramat tanah Jawa, antara lain : mertua beliau KH. Baidlowi bin Abdul Aziz, Lasem – Rembang, KH. Ma’shum, Lasem, KH. Ali Ma’shum, Krapyak – Yogyakarta, KH. Bisri Musthofa (ayah Gus Mus), Rembang, KH. Abdul Wahhab Hasbullah, KH. Mushlih, Mranggen – Demak, KH. Abbas, Buntet – Cirebon, KH. Abdul Karim (Mbah Manab), Lirboyo – Kediri, KH. Mahrus Ali, KH. Marzuqi, Syaikh Ihsan, Jampes – Kediri, Kyai Bishri Syamsuri, KH. Abdul Hamid, Pasuruan, Kyai Hudhori, Tegalrejo – Magelang, Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bafaqih, Malang, Habib Ali bin Ahmad al-Athas, Pekalongan, KH. Thohir, Jakarta, KH. Raden Asnawi, Kudus, KH. Abul Fadhol, Senori – Tuban, Kyai Abul Khoir, Senori, Kyai Ma’ruf, Kedunglo.

ulama panutan

Tidak cukup itu, kyai yang disebut “punjer tanah Jawa” ini juga pernah nyantri langsung ke kota suci agama Islam, Makkah al-Mukarromah. Di sana, beliau berguru kepada para ahli ilmu tanah suci, yakni Sayyid ‘Alawi bin Abbas al-Maliki, Syaikh al-Imam Hasan al-Masyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syaikh Abdul Qadir al-Mandily dan Syaikh Yasin bin Isa Al- Fadani. Bahkan sebelum itu pun sebenarnya beliau sejak kecil telah mendapat sanad ilmu dari ulama Arab. Sejak kecil beliau dididik oleh ayah beliau, Kyai Zubair bin Dahlan yang tidak lain adalah murid dari Syaikh Sa’id al-Yamani serta Syaikh Hasan al-Yamani al-Makky. Perjalan panjang Mbah Mun dalam mengembara ilmu dapat dilihat dengan klik di sini. 

Siapa saja tentu tidak akan ragu melihat sebegitu banyaknya guru beliau. Tentang keilmuan beliau, kita dapat menyaksikan bagaimana kewibawaan beliau sehingga dihormati dan disegani oleh siapa pun. Beliau dapat memadukan keteguhan dan ketegasan dengan sikap kasih sayang, rendah hati, dan kesederhanaan yang mana tidak saling dipertentangkan. Mbah Mun mampu mengamalkan rendah hati tanpa mengurangi ketegasan, mengaplikasikan kasih sayang dengan tanpa membalikkan keteguhan, dan menjadi pimpinan tanpa meninggalkan kesederhanaan.

Kyai Haji Mustofa Bisri

Gus Mus atau yang bernama asli Achmad Mustofa Bisri adalah seorang kyai kharismatik yang menjadi idola banyak kalangan tak terkecuali kawula muda. Beliau memang dikenal sebagai ulama yang berpengetuhuan luas dan multi talenta. Predikat sesepuh kyai NU, cendekiawan, novelis, penyair, pelukis, politikus bahkan budayawan melekat pada diri Gus Mus. Namun di balik itu semua, beliau tetaplah seorang yang rendah diri dan bersahaja. Beliau tidak pernah membuat batas dan tampak dapat menyatu dengan siapa pun di mana saja. Di kampung atau kota, di pesantren atau perkuliahan, di pengajian atau pemerintahan, bersama muslim atau pun non muslim, semua dapat beliau jinakkan dengan senyum guyonan tanpa permusuhan dan kebencian.

ulama rujukan

Keluasan ilmunya tidak pernah memberikan peluang baginya untuk tidak berlaku bijaksana. Hal inilah terkadang bagi orang awam yang ilmunya belum sampai seringkali mudah menghakimi beliau dan ulama lain dengan menuduh beliau liberal, syia’ah atau yang lainya. Beliau pun sering berpesan “Datangi dan kenali, maka kalian akan paham dan tidak berprasangka buruk”. Gus Mus memang selalu menanggapi santai setiap masalah yang menimpa. Kita pun dapat mulai kenalan dengan membaca riwayat hidup Gus Mus dengan klik di sini.

Orang tua manapun tentu berharap memiliki anak se-alim Gus Mus. Kyai yang selalu berprinsip harus bisa mengukur diri ini adalah refrensi ulama masa kini. Dengan segudang ilmu yang dimiliki, beliau masih saja selalu terlebih dahulu mengukur diri setiap kali hendak memasuki lembaga apapun. Itulah yang dilakukanya ketika Gus Dur mencalonkannya dalam pemilihan Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama pada Muktamar NU ke-31 itu. Berbgai tawaran posisi dalam suatu lembaga pemerintahan ataupun organisasi telah Gus Mus tolak atas dasar prinsip harus dapat mengukur kemampuan diri. Kisah lengkapnya dapat dibaca dengan klik di sini.

Habib Muhammad Luthfi bin Yahya

Beliau lahir di Pekalongan, 27 Rajab tahun 1367 H atau  10 November 1947. Habib yang suka menyanyikan lagu Indonesia Raya dalam pengajian-pengajianya yang dipimpinya ini dilahirkan dari pasangan al Habib al Hafidz ‘Ali al Ghalib dengan seorang perempuan syarifah bernama sayidah al Karimah as Syarifah Nur. Habib Luthfi bin Yahya adalah Ra’is ‘Am jam’iyah Ahlu Thariqah al Mu’tabarah an Nahdiyah dan juga Ketua Umum MUI Jawa Tengah. Selain itu, beliau juga tercatat sebagai salah satu anggota Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

ulama penjaga nkri

Pengembaraan ilmu beliau sangatlah panjang mulai dari mondok di Pesantren Cirebon sampai ke negara Arab. Dari perjalanannya itulah, Habib Luthfi diberikan banyak ijazah khusus dan ijazah umum untuk membai’at dari para gurunya dalam bidang Da’wah, nasyru syari’ah, kitab-kitab shalawat, tashawuf, thariqah, sanad, riwayat, aurad, tafsir, dirayat, nahwu, nasab, hizib, kedokteran dan lain sebagainya.

Habib yang menjadi pelopor Rangakain Maulid Kanzus di kota Pekalongan dan daerah-daerah sekitarnya ini terbilang memiliki hobi yang unik, yaitu gemar bermain organ. Habib nyentrik dari Pekalongan ini juga suka menikmati musik-musik lagu barat klasik karya Mozart dan Beethoven. Cukup aneh memang, seorang Habib masyhur yang gemar bersholawat tapi juga suka menikmati lagu barat.

Dr. Habib Muhammad Rizieq bin Hussein Syihab, Lc. MA. DPMSS

Beliau adalah pemimpin atau Imam Besar organisasi Front Pembela Islam yang memiliki jutaan pengikut. Habib pemberani yang dikenal dengan sapaan Habib Rizieq ini merupakan seorang mujahid tangguh serta orator ulung. Suaranya yang keras mampu membangkitkan semangat jihad orang-orang yang mengikuti pengajianya. Beliau terkenal sebagai seorang singa podium saat di atas panggung yang mana berani mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah meskipun nyawa sebagai taruhannya.

ulama pegangan

Keberanian Habib Muhammad Rizieq tidaklah jauh beda dengan pendahulunya, yaitu sang singa betawi si Pitung. Habib Rizieq dan si Pitung diceritakan memang memiliki hubungan darah. Kakek Habib Rizieq,  al Habib Muhammad dikawinkan dengan ponakan si Pitung dari Koebon Nanas, Kebayoran Lama. Kemudian dari perkawinan inilah lahir ayahanda Habib Rizieq, al Habib Husein Syihab. Dengan demikian, Habib Rizieq bisa dibilang masih terhitung cucu si Pitung sang singa betawi.


Habib Muhammad Rizieq Syihab ditinggal wafat ayahnya ketika berumur 11 tahun. Semenjak itu, sang ibu berperan sekaligus sebagai bapak dengan bekerja menjadi penjahit serta perias pengantin. Ibunya sangat memperhatikan pendidikan beliau. Meskipun tidak pernah mengenyam pendidikan di pesantren, akan tetapi sejak berusia empat tahun beliau sudah rajin mengaji dari masjid ke masjid. Dan yang unik ialah ketika meneruskan sekolah menengah, beliau pernah bersekolah di SMP Kristen. Oleh sebab itulah, menurut banyak orang pengikutnya menilai bahwa beliau cukup tahu modus Kristenisasi yang dilakukan non muslim. Sehingga saat ini pun dapat kita lihat bagaimana tegasnya beliau dalam menghadapi orang kafir.

Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, MA

Muhammad Quraish Shihab adalah salah seorang ulama ahli tafsir Indonesia kelahiran Rapang, Sulawesi Selatan pada 16 Februari 1944. Beliau dilahirkan dari keluarga keturunan Arab yang terpelajar. Ayah beliau yakni KH Abdurrahman Shihab merupakan seorang ulama dan guru besar di bidang tafsir. Sejak umur 6-7 tahun, Quraish kecil harus mengikuti pengajian al-Qur’an yang diadakan oleh ayahnya sendiri. Selain menyuruh membaca al-Qur’an, ayahnya juga menguraikan secara pintas kisah-kisah dalam al-Qur’an yang kemudian menumbuhkan kecintaan beliau terhadap kepada al-Qur’an.

Cendekiawan muslim lulusan Universitas Al-Azhar, Kairo – Mesir ini ialah seorang ulama spesialis bidang tafsir al-Qur’an. Beliau banyak menulis buku legendaris diantaranya; Membumikan al-Qur’an, Lentera Hati, Wawasan al-Qur’an, dan lain sebagainya. Satu karya yang dianggap paling fenomenal ialah buku Tafsir al-Misbah yang secara secara khusus sangat berbeda dengan kitab tafsir pada umumnya. Tafsir al-Misbah beliau karang dalam bentuk bahasa Indonesia. Yang menarik, dalam buku tafsirnya ini, beliau banyak menambahkan pemahaman ilmu-ilmu pengetahuan baru yang memang terbukti sesuai dengan al-Qur’an.

ulama moderat

Ayah dari presenter terkenal Najwa Shihab ini dikenal sebagai mujtahid ulung. Beliau seringkali menyatakan suatu pendapat yang berbeda daripada ulama Indonesia pada umumnya. Hal inilah yang oleh beberapa kelompok terkadang menganggap beliau “ngawur” bahkan sesat. Padahal sesungguhnya beliau selalu punya dasar pada setiap pendapatnya itu. Hanya saja memang beliau suka mengupas al-Qur’an dari sisi yang berbeda. Beliau tidak jarang menggunakan sandaran pendapat ulama yang bagi sebagian besar masyarakat Indonesia terbilang asing. Quraish Shihab mengetahui banyak sejarah keilmuan Islam yang memang sejak dulu banyak terjadi silang pendapat antar ulama. Namun bagi masyarakat Indonesia, pada umumnya hanya paham dan mengikuti sebagian ulama saja. Hal inilah yang kadangkala menimbulkan celaan terhadap beliau.

Seorang analis mengatakan bahwa pemikiran keislaman Quraish Shihab berkarakteristik rasional dan moderat. Sifat rasional pemikirannya diabdikan tidak untuk memaksakan agama mengikuti kehendak realitas kontemporer, tetapi lebih mencoba memberikan penjelasan atau signifikansi khazanah agama klasik kepada masyarakat kontemporer dan atau mengapresiasi kemungkinan pemahaman dan penafsiran baru tetapi dengan sangat menjaga kebaikan tradisi lama.


Selain berjuang dengan tulisanya, mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini merupakan sosok yang aktif dalam struktural lembaga. Beliau pernah menjabat sebagai Pembantu Pimpinan Kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental. Selain itu, beliau juga dipercaya menduduki berbagai jabatan, antara lain; Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Anggota Lajnah Pentashih al-Qur’an Departemen Agama, Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, Ketua Lembaga Pengembangan, dan lain-lain.

Kyai Haji Ahmad Bahauddin Nursalim

Kyai yang akrab dipanggil Gus Baha' ini adalah putra seorang ulama' ahli Qur'an KH. Nursalim Al-Hafizh dari Narukan – Kragan – Rembang – Jawa Tengah. KH. Nursalim ialah murid KH. Arwani al-Hafizh Kudus dan KH. Abdullah Salam al-Hafizh Pati. Terhitung mulai dari buyut, kakek, ayah hingga beliau sendiri merupakan para ulama' ahli Qur'an yang handal. Sedangkan dari silsilah keluarga dari garis ibu, Gus Baha’ termasuk masih keturunan keluarga besar ulama' Lasem, yakni Mbah Abdurrahman Basyaiban atau yang masyhur dikenal Mbah Sambu yang makamnya terletak di area Masjid Jami' Lasem.

Pada usia yang masih sangat belia, Gus Baha' berhasil mengkhatamkan hafalan al-Qur'an beserta Qiro'ahnya dengan lisensi yang ketat dari ayahnya. Gemblengan keilmuan yang ayah beliau lakukan memanglah sesuai seperti karakteristik murid-murid Mbah Arwani Kudus yang menerapkan keketatan dalam tajwid dan makhorijul huruf pada setiap huruf al-Qur’an.

ulama cerdas

Dalam masa pengembaraan ilmu, Gus Baha’ tidak seperti para santri lain yang banyak berpindah-pindah pesantren. Beliau menempuh pendidikan hanya di pesantren ayahnya kemudian di pesantren al-Anwar pimpinan KH. Maimun Zubair. Di Sarang, Gus Baha’ dianggap beda dari para santri kebanyakan, beliau dinilai tidak berada pada level santri pada umumnya sebab keluasan wawasan, kedalaman ilmu, dan banyaknya hafalan beliau. Bahkan seringkali karena hal itu, Gus Baha’ tidak diizinkan oleh para santri untuk ikut musyawarah rutinan karena dikhawatirkan hanya beliau yang akan mendominasi forum sehingga yang lain jadi kurang berkembang.


Selain menonjol dengan keilmuannya, Gus Baha’ juga dijuluki sebagai santri kesayangan dan dekat dengan Mbah Moen. Dalam berbagai kesempatan, beliau tidak jarang diminta mendampingi guru beliau tersebut untuk berbagai keperluan, mulai dari sekedar berbincang santai, mencari ta'bir, hingga menerima tamu ulama-ulama besar yang mengunjungi Mbah Moen.

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "6 Ulama Indonesia Yang Dijadikan Rujukan Saat Ini"

  1. Bukannya gak mau pilih2 ulama tapi kenapa harus habib riziq yang sekarang cenderung berpolitik. Tapi semua kembali ke kuasanya Allah..

    BalasHapus